POSITIVE DEVIANCE
Jl. 28 Oktober Komp. Poltekkes B1 Pontianak
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK BALITA KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN DALAM BUGIS KOTA PONTIANAK
(Ir. Jonni Syah R.Purba, MKes; Iman Jaladri, SSit, MKes)
V + 37 halaman, 17 tabel, 1 gambar, 3 lampiran
ABSTRAK
Prevalensi anemia gizi besi pada balita tingkat Nasional sebesar 48,1%, yang sebagian besar disebabkan kekurangan zat besi dalam makanan. Akibat nyata dari anemia gizi terhadap kualitas sumber daya manusia tergambar pada angka kematian ibu dan bayi, menurunkan prestasi belajar anak sekolah dan produktifitas pekerja. Dari aspek konsumsi maka masalah yang belum terselesaikan adalah rendahnya konsumsi oleh masyarakat kelompok ekonomi rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan keluarga dengan kejadian anemia pada anak balita keluarga miskin di Kelurahan Dalam Bugis Kota Pontianak.
Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dilakukan di Kelurahan Dalam Bugis Kota Pontianak. Responden penelitian adalah ibu-ibu balita. Jumlah total responden sebanyak 68 ibu balita. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square.
Hasil penelitian menemukan sebanyak 42,6 persen anak balita menderita anemia. Kemudian sebanyak 77,9 % anak balita mempunyai asupan zat besi defisit atau kurang dari 70 % anjuran kecukupan gizi yang dianjurkan, sebanyak 20,6 % anak balita dengan asupan protein defisit, sebanyak 82,4 % anak balita mempunyai asupan defisit dan hanya 8,8 % anak balita mempunyai asupan energi defisit. Sebanyak 57,4 % anak balita mengkonsumsi jenis bahan makanan dibawah rata-rata. Sebanyak 57,4 % anak balita mempunyai frekuensi makan dibawah rata-rata. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat gizi besi dengan status anemia anak balita (p = 0,130), ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status anemia anak balita (p = 0,016), tidak ada hubungan asupan vitamin C dengan status anemia (p=0,350), ada hubungan asupan energi dengan status anemia (p=0,047). Sedangkan variabel frekuensi makan tidak mempunyai hubungan dengan status anemia anak balita (p=527), demikian juga dengan jenis bahan makanan tidak mempunyai hubungan dengan satus anemia anak balita. Dari hasil penelitian ini disarankan perlu penelitian lanjutan tentang perbedaan status anemia gizi di pedesaan dan perkotaan
Kata kunci : anemia, anak balita, keluarga miskin, asupan
Sumber bacaan : 16 (1989 – 2007)
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN, DAN BESAR UANG SAKU TERHADAP KEBIASAAN MAKAN FAST FOOD PADA ANAK REMAJA SMU NEGERI 3 PONTIANAK.
(Ir. Jonni Syah R Purba, M.Kes, Shelly Festilia Agusanty, S.Gz, Suaebah, S.Gz)
v + 34 halaman, 11 tabel, 3 lampiran
ABSTRAK
Perubahan gaya hidup terutama kebiasaan makan ini tampaknya dipengaruhi oleh status social, ekonomi, pendidikan dan pengetahuan, pekerjaan dan lingkungannya serta kebiasaan yang ditanamkan, sejak usia muda. Perubahan kebiasaan makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing. Apalagi remaja merupakan golongan yang mudah terpengaruh oleh lingkungannya dan salah satu cirri khas remaja adalah senang dan mudah meniru perbuatan yang dapat meningkatkan gengsi lingkunganya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan Gizi, Pola Makan, dan Besar Uang Saku Terhadap Kebiasaan Makan Fast Food Pada Anak Remaja SMU Negeri 3 Pontianak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden yang dimbil adalah sebanyak 67 orang yang merupakan siswa-siswi SMU Negeri 3 Pontianak kelas XI dan XII.
Responden dalam penelitian ini laki-laki sejumlah 34,3% dan perempuan 65,7%. Dan kisaran umur16 – 17 tahun. Berdasarkan TB/U status gizi responden sebagian besar normal sebanyak 75%. Berdasarkan IMT status gizi responden sebagian besar normal sebanyak 95,5%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi yang baik sebagian besar pada yang jarang konsumsi makanan fast food. Siswa yang banyak uang saku terdapat pada siswa yang sering mengkonsumsi fast food yaitu 56,8%. Sedangkan pola makan yang kurang terdapat pada yang sering konsumsi makanan fast food yaitu 52,1%.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan gizi, uang saku dan pola makan terhadap kebiasaan konsumsi fast food. Dari analisis multivariat diperoleh hasil bahwa factor yang paling dominan terhadap kebiasaan makan fast food adalah uang saku didukung pola makan yang baik. Disarankan pada siswa SMU Negeri 3 Pontianak perlu meningkatkan informasi tentang gizi khususnya dampak produk fast food melalui penyuluhan.
Kata kunci : remaja, fast food
Sumber bacaan : 16 (1987 – 2008)