Ir. JONNI SYAH R. PURBA, MKes

Jl. 28 Oktober Komp. Poltekkes B1 Pontianak

Senin, 28 Januari 2013

POSITIVE DEVIANCE

 
Positive Deviance
digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan
penyimpangan positif yang berkaitan dengan kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak tertentu dengan anak-anak lain di dalam lingkungan
masyarakat atau keluarga yang sama. Secara khusus pengertian
positive deviance
dapat dipakai untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
serta status gizi yang baik dari anak-anak yang hidup di dalam keluarga miskin
dan hidup di lingkungan miskin (kumuh) di mana sebagian besar anak lainnya
menderita gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan kondisi mengalami
gizi kurang (Zeitlin
et al
1990).
Positive Deviance
didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk
mengatasi masalah gizi sudah ada di dalam masyarakat, hanya perlu diamati untuk
dapat diketahui bentuk penyimpangan positif yang ada, dari perilaku masyarakat
tersebut. Upaya yang dilakukan dapat dengan memanfaatkan kearifan lokal yang
berbasis pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki kebiasaan dan perilaku
khusus, atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara-
cara yang lebih baik, untuk mencegah kekurangan gizi dibanding tetangga mereka
yang memiliki kondisi ekonomi yang sama tetapi tidak memiliki perilaku yang
termasuk penyimpangan positif. Studi
positive deviance
mempelajari mengapa
dari sekian banyak bayi dan balita di suatu komunitas miskin hanya sebagian kecil
yang gizi buruk. Kebiasaan yang menguntungkan sebagai inti program
positive
deviance
dibagi menjadi tiga atau empat kategori utama yaitu pemberian makan,
pengasuhan, kebersihan, dan mendapatkan pelayanan kesehatan (CORE 2003).
Adanya pengaruh perilaku terhadap masalah gizi, memerlukan pengamatan
untuk mengetahui perilaku seperti apa, yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah gizi pada anak. Salah satu bentuk pengembangan perilaku dalam
penanggulangan masalah gizi adalah
positive deviance
yang telah dilakukan di
Jakarta, Bogor, dan Lombok Timur. Hasilnya adalah interaksi ibu dengan anak
usia 6
17 bulan berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak-anak yang
selalu diupayakan untuk mengkonsumsi makanan, mendapatkan senyum dari ibu,
6
keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebaya lainnya yang
kurang mendapatkan perhatian orangtua (Jahari
et al
2000).